KOMISI Pemberantasan Korupsi tengah fokus mengembangkan sistem pembelajaran terintegrasi—populer disebut corporate university (Corpu).
Salah satu untuk Slot Qris 5k mengakselerasi pengembangan Corpu tersebut, Direktorat Pendidikan dan Pelatihan Antikorupsi KPK telah mendesain sebuah program bernama “INSPIRASI” (Integrasi Pengembangan Kompetensi Strategis Organisasi).
Dikenalkan kepada insan pemelajar KPK pada akhir Oktober lalu, program bertujuan untuk menyusun kebutuhan pembelajaran di setiap unit kerja berdasarkan kompetensi teknis jabatan, rencana strategis organisasi, dan permasalahan kinerja organisasi.
Pada Selasa (12 November 2024), secara daring, program tersebut juga mulai dibagikan kepada publik melalui seri webinar “Berbagi Inspirasi” bertajuk Akselerasi Pembangunan Corpu melalui Penerapan Learning Value Chain (lihat video).
Kegiatan dibuka oleh Direktur Diklat Antikorupsi KPK Yonathan Demme Tangdilintin dan diisi oleh pemateri Koordinator Pembelajaran Digital dan KM ACLC KPK Sandri Justiana dan CEO Kumara Group Eko Nugroho.
Dalam penerapannya, INSPIRASI mengadopsi sejumlah tahapan dalam Learning Value Chain, antara lain (1) diagnosis kebutuhan pembelajaran, (2) pengembangan desain pembelajaran, (3) penyelenggaraan dan implementasi pembelajaran, dan (4) evaluasi pengukuran dampak pembelajaran.
Sebagai informasi, Learning Value Chain merupakan serangkaian proses analisis, desain, implementasi, dan evaluasi untuk melaksanakan pembelajaran yang aplikatif, relevan, mudah diakses, dan berdampak tinggi sesuai dengan kebutuhan organsisasi.
Untuk membantu dan memudahkan pelaksanaan program, Tim Dit Diklat Antikorupsi KPK telah menyusun buku panduan dr. Corpu Playbook Vol. 1 – Diagnosis Kebutuhan Pembelajaran.
Dalam buku tersebut, setiap unit kerja memiliki peran tak ubahnya “dokter” yang mendiagnosis suatu “penyakit” (baca: kesenjangan kompetensi pegawai). Oleh karena tugas itulah, melekat peran pada unit kerja dengan julukan “dr. Corpu”.
Usai melakukan diagnosis masalah, selanjutnya “dr. Corpu” memberikan formula (resep) sebagai rekomendasi penanganan. Resep ini didasarkan atas hasil diagonosis—di sinilah sebagai tahap desain pembelajaran, serta meracik “obat dan vitamin”—tahap pengembangan bahan ajar.
Setelah itu, mereka melakukan proses “pengobatan” atas masalah kompetensi pegawai yang dihadapi di unit kerja—disebut tahap penyelenggaraan dan implementasi pembelajaran.
Terakhir, untuk memastikan proses implementasi pembelajaran berjalan dengan baik, peran “dr Corpu” yaitu memantau perkembangan kondisi “pasien” dengan mengevaluasi seluruh proses kegiatan pembelajaran, terutama dampaknya—disebut tahap evaluasi pembelajaran.