Produksi Beras di Thailand: Landasan Ekonomi dan Budaya
Beras memainkan peran penting dalam ekonomi dan tenaga kerja Thailand. Pada tahun 2017 saja, perdagangan beras menghasilkan 174,5 miliar baht yang mengejutkan—terhitung sekitar 12,9% dari total produksi pertanian negara. Di antara 40% orang Thailand yang bekerja di bidang pertanian, diperkirakan 16 juta terlibat langsung dalam pertanian padi.
Warisan dan Ambisi Thailand dalam Budidaya Padi
Thailand memiliki tradisi pertanian padi yang sudah berlangsung lama. Negara ini menawarkan area lahan terbesar kelima yang didedikasikan untuk budidaya padi secara global dan menempati peringkat sebagai eksportir beras terbesar kedua di dunia. Saat ini, sekitar setengah dari lahan budidaya Thailand digunakan untuk menanam padi. Untuk memperkuat sektor padi lebih jauh lagi, pemerintah telah menetapkan rencana ambisius untuk memperluas area penanaman padi dengan tambahan 500.000 hektar (1,2 juta hektar), menambah 9,2 juta hektar (23 juta hektar) yang ada.
Tren Produksi dan Tantangan Tanaman
Kementerian Pertanian Thailand memproyeksikan bahwa produksi padi untuk musim 2019-2020 akan mencapai antara 27 dan 28 juta metrik ton (30-31 juta ton pendek). Namun, produksi telah menghadapi tantangan, termasuk banjir dan kekeringan, yang secara signifikan mengurangi hasil panen kedua.
Bagian utama dari reputasi beras Thailand adalah berkat beras Melati (khao hom mali) yang berharga, yang dikenal dengan aroma https://www.mazfoodindustries.com/ dan kualitasnya yang unggul. Meskipun beras melati memiliki hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas lain, ia menguasai lebih dari dua kali lipat harga di pasar global. Menariknya, hanya beberapa provinsi—Surin, Buriram, dan Sisaket—yang diyakini menghasilkan beras Melati kelas atas.
Karena kekeringan yang berkepanjangan, USDA memproyeksikan bahwa produksi beras Thailand akan turun lebih dari 20% menjadi hanya 15,8 juta metrik ton (17,4 juta ton pendek) pada tahun 2016. Sementara Thailand memiliki kapasitas untuk menghasilkan tiga tanaman padi setiap tahun, kelangkaan air telah memaksa pemerintah untuk mempromosikan tanaman yang kurang intensif air atau mendorong petani untuk melewatkan musim tanam. Untuk menempatkannya dalam perspektif, menanam padi membutuhkan sekitar 1.500 meter kubik (400.000 galon) air per rai (sekitar 0,16 hektar).
Perspektif Sejarah: Dari Kemandirian ke Ekspansi Komersial
Hingga tahun 1960-an, pertanian padi di Thailand sebagian besar ditandai dengan petani kecil yang mengolah lahan sederhana untuk subsisten. Delta Sungai Chao Phraya berfungsi sebagai jantung produksi beras. Pertanian mendominasi ekonomi Thailand, dan pemerintah memainkan peran penting dalam membentuk sektor ini. Kebijakan yang berfokus pada pembukaan lahan, perlindungan petani, dan mempromosikan swasembada memastikan bahwa sebagian besar petani memiliki tanah mereka dan beroperasi secara independen dari kontrol aristokrat atau pedagang.
Pendekatan ini menumbuhkan komunitas petani yang relatif egaliter di mana kepemilikan lahan tersebar luas, dan pertukaran tenaga kerja antar petani adalah hal biasa. Penekanannya kurang pada keuntungan dan lebih pada rezeki.
Namun, ketika negara-negara Eropa mulai menyelaraskan kebijakan pertanian dan menerapkan dukungan harga, Thailand mulai mengalihkan fokusnya. Pemerintah mengurangi perlindungan bagi petani dan mendorong kolaborasi dengan pedagang untuk meningkatkan produksi dan meningkatkan surplus ekonomi. Poros strategis ini memungkinkan pedagang untuk memainkan peran yang lebih berpengaruh dalam industri beras, memacu pertumbuhan yang cepat.
Pengaruh Kerajaan pada Pengembangan Padi
Raja Bhumibol Adulyadej memiliki dampak besar pada sektor padi Thailand selama masa pemerintahannya. Dia memperjuangkan upaya untuk meningkatkan produksi dan mata pencaharian pedesaan. Sebagai pengakuan atas kontribusinya pada pertanian, ia menjadi penerima pertama Borlaug Medallion yang bergengsi pada tahun 2007.